Tradisi Ngayau dan Senjata Dayak Kalimantan
Suku Dayak ditakuti oleh musuh karena praktik Ngayau, dikenal sebagai sebuah tradisi perburuan kepala.
Banyak orang masih mengingat Konflik Sampit pada Februari 2001, khususnya tradisi Ngayau yang dilakukan oleh suku Dayak. Ngayau adalah praktik memenggal kepala musuh dan menyimpannya sebagai piala. Banyak korban dari kerusuhan antar suku dilaporkan telah dipenggal. Baca lebih lanjut tentang asal-usul dan tradisi suku Dayak, yang diyakini memiliki tradisi berburu kepala di masa lalu.
Selama beberapa generasi, Suku Dayak melakukan Tradisi Ngayau untuk memberi mereka keunggulan dalam peperangan dan menumbuhkan rasa kebanggaan dan kehormatan di dalam keluarga mereka. Meskipun dilakukan sesuai dengan aturan dan tradisi tertentu, tradisi ini menanamkan rasa takut di antara musuh jauh sebelum konflik Sampit terjadi. Untuk anda yang ingin lebih mengenal suku Dayak dapat membaca artikel Mengenal Suku Dayak dari Asal Usul Hingga Tradisi.
Dalam jurnal berjudul The Influence of Ngayau or Headhunting in the Creation of Pua Kumbu Textile Motifs of the Iban Sarawak Community (2011), Anna Durin dan kawan-kawan menjelaskan bahwa anak laki-laki Dayak harus melakukan tradisi Ngayau untuk bisa menikah dan mendapatkan gelar Bujang Berani. Proses ini dilakukan secara berkelompok, di mana mereka harus memenggal kepala musuh mereka saat masih hidup. Hingga hari ini, para anak laki-laki dilaporkan masih berusaha membalaskan dendam ayah mereka yang terbunuh dengan membawa pulang kepala mereka ke rumah.
Rambut kepala ngayau masih digunakan untuk menghias perisai dan pedang. Senjata-senjata tradisional ini dianggap sebagai simbol keberanian, kehormatan, dan perlindungan. Hingga hari ini, beberapa anggota Suku Dayak masih menyimpan tengkorak musuh nenek moyang mereka di rumah mereka – sebuah kebiasaan yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Cacatan yang dimuat dalam bentuk buku
Orang-orang Barat banyak menulis tentang tradisi Ngayau masyarakat Dayak, yang ditakuti oleh para penjajah. Ketakutan ini terangkum dalam istilah “Barbar Borneo,” yang diciptakan untuk menggambarkan praktik perburuan kepala orang Dayak.
Carl Bock, seorang naturalis Norwegia, mempublikasikan pengalamannya tentang tradisi Ngayau pada tahun 1881 dengan judul The Headhunter of Borneo. Menurut catatan Bock, tradisi ini dianggap memiliki kekuatan misterius yang dapat melindungi dari kemalangan, penularan penyakit, dan menghasilkan kekayaan.
Meskipun adat Ngayau masih digabungkan dengan stereotip Suku Dayak, namun sebenarnya adat ini sudah tidak ada lagi sejak lama. Pada kenyataannya, Ngayau bisa disebut sebagai salah satu praktik adat Dayak yang sudah punah atau tidak lagi dilakukan. R Masri Sareb Putra dalam Makna di Balik Teks Dayak sebagai Etnik Headhunter yang dimuat di Spektrum Komunikasi, Volume 1 No.2 (2011 – 2012) menyebutkan adanya kesepakatan bersama di antara seluruh etnik Dayak di Kalimantan Raya untuk mengakhiri tradisi Ngayau ini. Kesepakatan ini terjadi pada 22 Mei – 24 Juli 1894 dan dilaksanakan di Desa Huron Anoi, Kahayan Hulu, Kalimantan Tengah dalam Musyawarah Besar Tumbang Anoi.
Mengenal Mandau, Senjata Tradisional Suku Dayak yang Terbuat dari Batu.
Salah satu budaya Dayak dapat dilihat dari senjata tradisional mereka yang dikenal dengan nama Mandau. Tidak seperti senjata pada umumnya yang terbuat dari logam, Mandau ini terbuat dari batu manikei. Bagi masyarakat Dayak, Mandau bukan hanya sebuah senjata, tapi juga merupakan tanda kehormatan dan pengakuan bagi pemiliknya.
Sejarah Mandau Dalam Suku Dayak Kalimantan
Mandau, senjata pusaka suku Dayak, adalah senjata pemusnah yang diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selain sebagai senjata, mandau juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka, seperti untuk memotong daging atau tanaman. Pada masa lalu, Mandau dibuat dengan teknik sederhana sehingga menghasilkan senjata yang agak kasar. Namun, seiring berjalannya waktu, proses pembuatan Mandau telah disempurnakan dan kini menghasilkan senjata yang berkualitas tinggi. Pengrajin yang membuat senjata tradisional ini bernama Peneraat. Alat ini juga menjadi saksi mata dari konflik antar suku yang terjadi di kalangan masyarakat Dayak.
Selain itu, Mandau juga digunakan oleh Suku Dayak dalam melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Senjata ini konon mengandung energi magis yang kuat yang membuat tentara Belanda dan Jepang takut saat digunakan untuk melawan mereka.
Mandau Terbuat dari Batu Mantikei Mandau adalah benda yang menyerupai pedang, terdiri dari gagang, sarung dan bilah. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Mandau dibuat dari batu unik dari genus mantikei. Batu ini memiliki fitur besi yang dominan. Namun di zaman modern ini, Mandau juga dibuat dari logam. Hanya Mandau klasik dan antik yang menggunakan batu mantikei. Meskipun digunakan sebagai senjata, Mandau memiliki makna kehormatan, perwalian, tanggung jawab, dan persaudaraan bagi masyarakat Dayak.
Bagian-bagian Mandau dan Fungsinya
Senjata mandau dayak yang biasanya digunakan oleh masyarakat kalimantan ini terdiri dari bilah, gagang, sarung dan aksesori lainnya, masing-masing dengan kegunaannya sendiri.
1. Bilah Mandau
Sebagai pengetahuan anda, sebuah bilah mandau kuno terbuat dari batu Mantikei. Sedangkan Mandau terbaru dibuat dari besi tempa. Bila dilihat bilah ini memiliki bentuk yang mirip dengan parang, karena lebar dan rata dengan ujung yang tajam. Salah satu sisi bilahnya memiliki ujung yang lebih tajam daripada sisi lainnya yang cenderung lebih tebal dan tumpul. Untuk memperindahnya, ada ukiran yang ditambahkan di bagian belakangnya yang terbuat dari tembaga atau kuningan – yang dipercaya sebagai pelindung dari semua kekuatan jahat yang akan datang kepada pemegangnya.
2. Gagang atau Hulu Mandau
Gagang mandau biasanya dibuat dari tanduk rusa yang diukir agar tampak seperti kepala burung. Sering kali pada bagian ujung gagangnya dihiasi dengan bulu binatang atau kunci manusia. Desain dan pahatan gagang berfungsi sebagai pembeda di mana Mandau dibuat, kelompok, hingga kelas sosial pemiliknya. 3. Penutup Mandau Penutup atau pembungkus Mandau dibuat dari panel kayu yang ramping. Bagian dalam dan bawahnya akan ada jalinan rotan sebagai penguat yang mendukung. Bagian dalam penutup ini berbentuk seperti lubang mandau, dan bagian luarnya dibentuk sesuai dengan ukuran mandau.
3. Sarung Mandau
Sarung Mandau terbuat dari sepotong kayu yang ramping. Di bagian tengah dan bawahnya terdapat anyaman rotan untuk menambah kekuatan. Bagian dalam pembungkus berbentuk mata Mandau, dan bagian luarnya sesuai dengan ukurannya. Bungkus mandau juga memiliki pelepah ukor yang ditekuk dan ditempelkan pada penutupnya. Ukor adalah salah satu jenis tumbuhan pala.
4. Aksesoris Mandau
Biasanya, bulu burung berliang, manik-manik, dan bahkan jimat ditambahkan pada Mandau sebagai hiasan. Selain itu, sebuah pisau kecil bersarung kulit biasanya dipasang dan diselipkan ke dalam sarung mandau.