BudayaDestinasiGo Explore

Terpikat Kearifan Lokal Pelaku Pariwisata di Desa-desa Wisata Mandalika

Pantai Tanjung Bias 2 di Desa Senteluk pada sore hari adalah spot menyenangkan untuk bercengkerama, main di pantai, atau wisata kuliner. Deretan kios kuliner berdekorasi cantik menyapa mata. Beberapa tempat merias diri dengan tampilan semacam kafe kekinian, beberapa masih setia dengan pengaturan ruang khas restoran boga bahari. Kursi-kursi dan bean bag ditata di atas pasir, dinaungi payung warna-warni, dengan pemandangan lepas ke laut dan cakrawala yang mulai dihiasi warna senja. Sepintas, mengingatkan kita akan deretan pantai di Seminyak, Bali.

Lombok memang makin giat bersolek. Alamnya yang indah, budaya yang kaya, kuliner dan sejarah; semua menjanjikan potensi pariwisata. Apalagi, warga dan para pelaku pariwisata di sana semakin sadar bahwa banyak hal harus dilakukan tulus dari hati, agar wisatawan yang datang mendapatkan pengalaman terbaik serta kenangan berkesan. Pelayanan prima, kebersihan, keamanan, kenyamanan, menjaga kelestarian lingkungan; hanyalah beberapa di antaranya dan Lombok siap untuk itu.

Tapi siapa sih, yang tak terpikat oleh Lombok? Pesona Lombok akan terasa makin berwarna, bila saat berada di sana, Sobat Pesona meluangkan waktu bercakap-cakap dengan warga setempat. Banyak kearifan lokal bisa kita pelajari dan itu membuat perjalanan wisata terasa lebih lengkap.

 

Swadaya Membawa Berkah

Senja yang makin jatuh di Pantai Tanjung Bias 2 Desa Senteluk, Lombok Barat, tidak membuat pantai semakin sepi. Pengunjung justru mulai memadati restoran, sedangkan sisanya masih memilih bermain air, satu dua orang mengendarai kuda di bibir pantai.

Jajaran kios dan restoran di sepanjang pantai memang menjadi magnet wisata di Kawasan pantai cantik ini. Ternyata, kios-kios tersebut merupakan hasil swadaya masyarakat setempat.

“Semua kios-kios ini swadaya, jadi tidak ada uang sewa. Kita iuran saja untuk kebersihan. Dan kita sepakat ingin menjadikan Lombok pusat wisata kuliner halal. Di sini semua makanan halal, juga tidak ada minuman beralkohol,” jelas Haji Sumardi, salah satu pengelola kios, seraya menunjukkan sertifikat halal restorannya.

Kebersamaan yang begitu erat antar para pelaku pariwisata, aparat setempat, serta warga, menciptakan iklim pertumbuhan yang sehat bagi sentra kuliner Pantai Tanjung Bias 2 ini.

“Pengelola, pekerja restorannya juga warga desa sini. Kita ambil ikan juga dari nelayan di sini, kalau tidak cukup baru ambil dari tempat lain. Jadi banyak lapangan pekerjaan baru, pendidikan juga terangkat,” papar Haji Sumardi bersemangat.

Semoga dalam waktu dekat, cita-cita mereka agar sentra kuliner di Desa Senteluk ini dikenal sebagai ikon baru wisata halal  di Lombok, segera terwujud.

tempat wisata di tangerang

 

Kaum Muda Berkarya

Jajaran kebun aren menjadi pemandangan lazim begitu kita masuk ke Desa Pusuk Lestari, Lombok Barat. Lanskapnya yang sedikit berbukit menghijau oleh barisan pohon aren, yang menjadi sumber penghasilan warga sejak lama. Namun sebelum gula aren menjadi unggulan warga setempat, dulu nira yang disadap dari kebun-kebun aren tersebut biasanya untuk bahan baku minuman keras.

Hal ini pula yang memantik kegelisahan Rizani, seorang guru yang sejatinya adalah generasi kelima dari sebuah keluarga yang turun-temurun mengolah gula aren.

“Dulu banyak diambil tengkulak untuk dijadikan miras. Karena itu saya mulai serius mengelola King Aren ini sejak 2017 dan terus memperkaya varian yang diproduksi, agar lebih banyak nira dari petani bisa diserap untuk produksi gula aren,” jelas Rizani.

Gula aren, tutur Rizani, masih terus dibuat dengan cara tradisional yaitu dengan kompor. Sebelum Rizani terjun langsung, keluarganya hanya memproduksi gula briket. Namun berkat kerja kerja Rizani yang tekun merangkul anak-anak muda di desanya, kini mereka juga dapat menghasilkan gula semut, cula cair, gula batok, serta serbat dan kopi.

“Sekarang kami bermitra dengan petani binaan, ada 214 rantai pasok, punya 14 karyawan, dan tiap bulan produksi 20 ton gula aren,” tutur Rizani.

Ia mengakui, naiknya pamor kopi gula aren turut mendukung kesuksesan usahanya. Namun tak sekadar mengendarai ombak trend zaman, Rizani juga tekun melakukan inovasi. Di antaranya, bergabung dalam tim yang merakit mesin-mesin pengolah dengan basis android.

Wah, semoga semakin banyak anak muda seperti Rizani, yang selalu menggulirkan inovasi, memberikan manfaat bagi sekitar, dan memberdayakan anak-anak muda lainnya.

tempat wisata di tangerang

 

Membangun Wisata Edukasi di Alam Lestari

Nama Desa Jerorawu, Lombok Timur makin dikenal berkat hadirnya Kampung Lobster Telong Elong, yang disebut sebagai kampung lobster terbesar di nusantara. Lobster Lombok Timur memang terkenal kelezatannya dan Desa Jerowaru merupakan salah satu pemasok boga bahari ini.

Ratusan bahkan ribuan petak karamba di dalam kawanan kampung lobster, adalah pemandangan unik yang berpotensi tumbuh sebagai destinasi wisata edukasi sekaligus kuliner.

“Agar lebih menarik bagi wisatawan, kami sekarang dalam proses persiapan, termasuk meramu story telling untuk wisata edukasi di kampung lobster ini,” tutur Lukman, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dari Desa Jerowawu yang juga menjadi pemandu wisata setempat.

Selain potensi wisata kampung lobster, Desa Jerowaru juga terkenal kaya akan hutan mangrove, seperti di Dusun Putun Bako yang dalam bahasa Sasak, putun berarti ujung dan bako berarti pohon bakau atau mangrove.

10 hektar lebih hutan bakau tersebar di wilayah ini. Dengan memanfaatkan 2 hektar di dalamnya, Pokdarwis setempat berinisiatif membangun sebuah destinasi wisata.

“Namanya Bale Mangrove. Bale artinya rumah. Jadi ini adalah ‘rumah’ yang melindungi kita dari abrasi, menjadi sumber tambahan penghasilan warga, juga rumah bagi biota laut,” jelas Lukman. Sebelumnya, lokasi Bale Mangrove hanyalah tempat pembuangan sampah. Namun kini menjadi cantik dan bersih. Warga bekerja di sekitarnya, sebagai pemandu, penjaga parkir, pengelola warung, juga fotografer untuk Bale Mangrove.

Lukman menekankan bahwa pembangunan tempat wisata ini sedapat mungkin tidak mengganggu ekosistem yang telah terbentuk. Apalagi di sana banyak pohon bakau berusia ratusan tahun yang harus dijaga. “Tidak ada pohon yang ditebang. Bahkan kami juga terus melalukan pembibitan,” kata pemuda  yang juga petugas lembaga konservasi ini tegas.

Salut atas usaha Lukman dan warga, mengoptimalkan potensi wisata setempat tanpa merusaknya. Manusia dan alam memang harus hidup berdampingan dalam harmoni yang serasi.

tempat wisata di tangerang

 

Merawat Toleransi Lintas Generasi

Desa Medana, Lombok Utara, dikaruniai pantai-pantai cantik seperti Pantai Impos dan Pantai Bintang yang menjadi primadona wisata. Namun, wisata religi juga menjadi daya tarik unik desa ini, dengan Makam Medana sebagai magnetnya.

Dalam komplek yang berada di atas bukit di tepi laut tersebut, berdiri makam Bapuk (kakek) Dana atau raden Wira Dana, seorang ulama yang dikenal sangat dermawan, pengasih, serta dicintai penduduk. Uniknya, dalam komplek makam ulama ini juga terdapat tempat ibadah umat Hindu yaitu Pura Medana, serta Batu Sambi yang merupakan tempat ibadah penganut agama Budha. Jadi, dalam lokasi yang berdekatan, tiga agama Bersatu, Islam, Hindu, dan Budha.

Yang lebih unik lagi, warga atas dasar kerelaan, berinisiatif melakukan pemeliharan dan dapat menjadi pemandu lepas di makam tersebut, bila ada wisatawan yang membutuhkan. Dengan menjaga keberadaan makam dengan baik dan terus menuturkan kisah indah tentang tolerasi itu, warga ingin budaya menghormati perbedaan dan menghargai keberagaman, dapat terus hidup serta diwariskan kepada anak cucu.

Makam Medana terbuka untuk setiap pengunjung, peziarah penganut agama apa saja, baik yang ingin berwisata religi dan sejarah, maupun yang datang untuk berdoa.

Bu Nurtip dari Lombok Utara, mengaku bisa sebulan sekali datang ke Makam Medana untuk melakukan ‘maturan’ yaitu memberikan persembahan dan berdoa. Mengenakan kebaya rapi, Bu Nurtip membawa beberapa bokor berisi persembahan, bersama suami dan anak-anaknya.

“Banyak yang ziarah ke sini, dari berbagai daerah, juga dari Bali,” jelas Bu Nurtip.

Laut, langit, dan pepohonan Desa Medana yang melatari agungnya sosok bangunan tempat ibadah, berpadu dengan kekhusukan yang indah dari keluarga Bu Nurtip saat menunaikan ritual; sungguh merupakan pemandangan mengesankan yang akan menjadi kenangan istimewa dari Desa Medana.

Semoga doa-doa baik selalu dilangitkan dan kisah-kisah tentang keberagaman selalu dituturkan dari tempat bersejarah ini.

tempat wisata di tangerang