Sejarah Singkat Benteng Kalamata
Benteng Kalamata yang juga disebut Benteng Kayu Merah merupakan tempat wisata yang banyak digemari di Ternate, Maluku Utara, yang kaya akan latar belakang sejarah. Awalnya dibangun oleh Portugis, benteng ini terkenal dengan desainnya yang artistik dan eksklusif, serta menawarkan pemandangan indah Tidore dan Pulau Maitara dari belakangnya.
Provinsi Maluku menawarkan lebih dari sekadar wisata alam. Wisata sejarah juga menjadi pilihan menarik bagi pengunjung. Terletak di pinggiran pantai Ternate, objek wisata sejarah ini menawarkan keindahan yang luar biasa. Benteng Kalamata tidak diragukan lagi harus dilihat. Benteng bersejarah yang menawan dengan pemandangan indah Pulau Tidore dan Pulau Maitara menanti kunjungan anda. Jika anda tertarik, baca terus untuk detail lengkap di situs menawan ini.
Sejarah Benteng Kalamata
Menyusuri garis pantai Pulau Ternate, benteng Selat Maitara yang menawan tidak boleh dilewatkan. Sebuah bukti hidup perjuangan pulau untuk kemerdekaan, ia menawarkan tur yang menakjubkan. Arsitektur Benteng Kalamata yang berbentuk kura-kura mengingatkan pada Benteng Marlborough, dan untuk alasan yang bagus: bangunan ini memiliki fondasi yang kokoh sehingga tahan terhadap serangan musuh.
Sebuah bangunan bersejarah, yang terkenal dengan arsitekturnya yang khas dan tangguh, telah lama dipuja karena usianya yang diperkirakan mencapai 481 tahun. Situs ikonik yang wajib dikunjungi wisatawan ini berdiri sebagai bukti kekayaan budaya kota dan dapat ditemukan di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara.
Pada tahun 1540, Antonio Vigafita, seorang penjelajah Portugis, membuat konsep pembangunan Benteng Kalamata. Awalnya dikenal sebagai Santa Lucia, benteng ini dibangun untuk melindungi dari serangan Spanyol yang berasal dari Rum, Tidore, dan untuk memperluas batas wilayah di Ternate. Ini menandai dimulainya kekayaan sejarah Benteng Kalamata.
Benteng ini memiliki desain arsitektur menakjubkan yang mencerminkan konstruksi gaya Portugis. Bentuk kastil yang tajam dan bersisi banyak menjadi bukti akan hal ini. Dindingnya, dibuat oleh Bel, memiliki ketebalan hingga 60cm dan menara setinggi 3m. Selain itu, keempat bastion di area tersebut dibentengi dengan pembidik senjata. Sayangnya, konflik dengan Sultan Baabullah akhirnya mengakibatkan Portugis meninggalkan daerah tersebut. Meskipun benteng mereka terbengkalai, kekuatan kolonial masih berkuasa. Portugis melepaskan kendali pada tahun 1575, hanya untuk digantikan oleh Spanyol.
Pasukan Sultan Baabullah mendapat dukungan Spanyol untuk melancarkan serangan langsung ke Portugis dan merebut kembali Benteng Kalamata. Dalam upaya mempertahankan kendali, Spanyol dengan licik mengubah benteng tersebut menjadi pos perdagangan rempah-rempah. Mereka menyamarkan permainan kekuasaan mereka dengan kedok sistem kooperatif, menggunakan perdagangan sebagai alat untuk menegaskan dominasi.
Melimpahnya sumber daya alam di Indonesia tidak luput dari perhatian kekuatan asing. Hal ini dibuktikan dengan tarik menarik Benteng Kalamata yang sebelumnya dikuasai oleh Spanyol dan kemudian direbut oleh orang-orang Belanda pada tahun 1609. Belanda memanfaatkan benteng tersebut sebagai pangkalan pertahanan strategis bagi personel militer VOC, seperti yang dilakukan para pendahulunya.
Struktur yang dianggap sangat kondusif sering diperdebatkan sebagai kursi otoritas. Pasukan Spanyol menyambut pengabaian orang Bel yang meninggalkan benteng pada tahun 1625, hingga 1663. Pada gilirannya, ditinggalkannya benteng oleh Spanyol kemudian dimanfaatkan oleh orang Bel sekali lagi.
Pada tahun 1798, Kerajaan Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku berhasil melepaskan diri dari kekuasaan kolonial dengan menyerang benteng. Dukungan Inggris terbukti berperan penting dalam kemenangan mereka. Namun, bangsa Bel kembali menguasai benteng pada tahun 1810. Benteng Kalamata, di bawah pemerintahan kolonial Belanda, akhirnya dinyatakan kosong pada tahun 1843, menyebabkan keadaannya bobrok dan terbengkalai. Selain itu, dampak erosi pantai telah mempercepat kerusakan alamnya.
Berkat prakarsa peringatan Pemerintah Indonesia, bangunan bersejarah ini dikembalikan ke kejayaannya. Pada tahun 1994, bangunan tersebut mengalami renovasi besar-besaran, mempertahankan desain aslinya sambil diperkuat secara struktural. Saat ini, daya pikat struktur terletak pada penampilannya yang gemilang, menjadikannya tujuan wisata yang disukai.
Benteng ini tidak hanya dipugar, karena kini telah menjadi landmark ikonik di Ternate. Biasanya dinamai salah satu Sultan yang dihormati, Kalamata memiliki tempat khusus di hati penduduk kota. Namun, kisah masa lalu benteng ini tidak dilupakan, karena nama yang pernah dipegangnya selama masa kekacauan politik terus diceritakan sebagai bagian dari sejarah kota yang kaya.