Jembatan Merah Putih , Jembatan Ikonik Menjadi Wisata di Ambon
Jembatan Merah Putih Ambon wajib dikunjungi para wisatawan, karena telah menjadi landmark ikonik daerah tersebut. Membentang Teluk Dalam Pulau Ambon, jembatan kabel ini menawarkan pemandangan keindahan alam yang menakjubkan, dengan laut biru yang berkilauan dan panorama matahari terbenam yang menakjubkan.
Sempat disebut sebagai Galala Poka, jembatan yang membelah Teluk Ambon ini kemudian diberi nama Jembatan Merah Putih. Nama aslinya berasal dari dua desa pesisir – Galala dan Poka. Menariknya, dua desa yang terletak di tepi teluk yang sebenarnya disambungkan oleh jembatan tersebut adalah Desa Galala dan Desa Rumah Tiga.
Penamaan jembatan itu dengan nama Desa Poka, meski bukan desa yang dilintasi, memicu konflik. Desa Rumah Tiga mempermasalahkan desa mereka yang diabaikan demi tetangga mereka yang tidak dapat dilewati. Kemarahan yang dihasilkan dengan cepat dikomunikasikan oleh kepala desa setempat.
Untuk mengakhiri konflik berulang seputar namanya, provinsi tersebut akhirnya memilih moniker “Merah Putih”. Nama itu mencerminkan partisipasi Maluku dalam pembentukan negara Indonesia setelah kemerdekaannya, sebagai salah satu dari tujuh provinsi pendiri. Sebelumnya, Maluku dikenal sebagai provinsi yang mengakui kenegaraan Indonesia sebelum munculnya provinsi lain.
Asal Usul Jembatan Merah Putih di Ambon
Jembatan yang memisahkan Teluk Ambon dengan tepat diberi nama Merah Putih, sesuai dengan bendera Indonesia. Dibangun pada tahun 2011, dan peresmiannya pada tahun 2016 diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Mencakup 1.140 meter yang mengesankan, jembatan ini merupakan investasi yang cukup besar, menelan biaya sekitar Rp. 772,9 miliar.
Keistimewaan jembatan terpanjang di Indonesia Timur tidak lain adalah struktur yang megah ini, dengan panjang yang luar biasa. Dibagi menjadi tiga bagian, bagian awal adalah Jembatan Poka Approach, yang membentang lebih dari 520 meter.
Jembatan Merah Putih terdiri dari tiga bagian yang berbeda. Pertama, Galala Approach Bridge membentang sekitar 320 meter. Kedua, Jembatan Utama membentang sepanjang 300 meter. Terakhir, ketinggian jembatan mencapai 34,1 meter di atas permukaan laut.
Berkat Jembatan Merah Putih yang baru dibangun, waktu tempuh antara Kota Ambon dan Bandara Internasional Pattimura berkurang secara signifikan. Sebelum jembatan itu ada, jarak sekitar 35 km membutuhkan jalan memutar selama 60 menit di sekitar Teluk Ambon. Moda penyeberangan Teluk Ambon mengalami perubahan yang signifikan. Wahana feri tidak lagi digunakan.
Selain jalan memutar yang panjang, tersedia jalur alternatif untuk melintasi Teluk Ambon. Wisatawan dapat memilih untuk naik perahu atau feri baik dari Desa Rumah Tiga atau Desa Poka dan Desa Galala, dengan waktu tempuh sekitar 10 hingga 20 menit, tidak termasuk waktu antre.
Tidak mungkin untuk menentukan berapa lama kalian akan mengantri untuk feri, karena keberangkatannya bergantung pada kapasitas penumpang. Selain itu, menggunakan layanan ini akan dikenakan biaya yang cukup mahal, dengan kendaraan roda empat dikenakan biaya sekitar Rp. 30.000, dan kendaraan roda dua dikenakan biaya sekitar Rp. 15.000.
Berkat adanya Jembatan Merah Putih, perjalanan menjadi lebih nyaman bagi masyarakat. Pengendara dapat melintasi jembatan ini tanpa biaya dan hanya membutuhkan waktu 3 hingga 4 menit untuk melakukannya. Ini tidak hanya menghemat waktu tetapi juga meminimalkan pengeluaran dan menghemat energi bagi para pelancong.
Meskipun ditutup, feri masih menarik banyak wisatawan yang ingin berendam dalam panorama Jembatan Merah Putih dari jarak dekat. Kehadiran keajaiban arsitektur ini membuat lokasi ini menjadi tujuan wisata yang banyak dicari, dan kegunaan feri sebagai daya tarik wisata tidak berkurang.