Kampung Tarung, Rumah Adat Tradisional Penuh Cerita
Kampung Tarung adalah tradisi dan budaya masyarakat Austronesia yang masih tumbuh subur dan indah di Pulau Sumba. Salah satunya adalah dengan hadirnya Kampung Tarung, kompleks kampung tradisional yang terletak di pulau tersebut. Kampung Tarung berisi beberapa kampung, antara lain Kampung Waitabar, Kampung Bela Kiku, Kampung Kabatana dan Kampung Ngora Tuku. Penyebaran masyarakat Austronesia tidak terlepas dari penguasaan pembuatan perahu. Mereka menggunakan perahu sebagai alat transportasi saat mereka bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain. Kemampuan membuat perahu juga cocok dengan penguasaan astrologi mereka. Pada abad pertama Masehi, bangsa Austronesia tiba di Pulau Sumba dan memperkenalkan pengerjaan logam beserta perkakas perunggu dan besi. Pulau ini kemudian menjadi bagian dari benua Asia Tenggara.
Dibalik Cerita Kampung Tarung Tradisional
Beberapa kampung adat di Sumba juga disebut Parona atau Parainga. Itu terjadi di daerah pegunungan dengan tanah berbentuk bukit melengkung. Sebagian besar kamp tradisional berbentuk persegi atau oval.Sebuah kepercayaan umum yang dianut oleh warga Kampung Tarung adalah menempatkan rumah mereka menghadap ke timur atau barat akan menyebabkan mereka menjadi lebih kecil atau matahari terbenam. Hal ini disebabkan adanya kepercayaan bahwa melihat ke barat akan menyebabkan orang menjadi lebih kecil dan juga karena diyakini bahwa menghadap ke timur akan menimbulkan bahaya.
Selain itu, setiap rumah ditempatkan di sekitar area terbuka yang disebut Talora. Keyakinan ini didasarkan pada lokasi topografi masyarakat. Di dalam talora dapat ditemukan kuburan batu, meja altar, dan lumba-lumba. Mereka melayani upacara adat dan ditempatkan bersebelahan dalam urutan tertentu. Rumah dengan status tertinggi selalu berada di posisi terbaik biasanya di atas yang lainnya.
Membaca informasi yang disajikan di atas, menjadi jelas bahwa upacara adat memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari penduduk desa di Kampung Tarung. Ruang tamu yang disebut Talora atau Natar memainkan peran penting selama acara ini, yang menjelaskan mengapa itu memiliki makna yang begitu sakral. Letak Tarung yang berada di kawasan perbukitan juga memberikan keamanan dan perlindungan dari serangan musuh.
Rumah Adat
Setiap rumah adat masyarakat Kampung Tarung memiliki tujuan lebih dari sekadar tinggal di dalamnya. Mereka juga berfungsi sebagai tempat bagi orang untuk melakukan berbagai fungsi sosial. Karena itu, setiap rumah memiliki nama dan fungsi yang unik. Rumah tradisional dibangun dari kayu, bambu, dan atap jerami. Setiap rumah dapat dikategorikan menjadi tiga bagian: rumah lurah, rumah sultan dan rumah panglima perang.
- Leibunggang, atau pondok berjemur, terletak di bawah rumah.
- Rongu Uma memiliki kamar-kamar seperti tempat bersalin, kamar anak perempuan dan heda kabali mata. Ini adalah bangunan tingkat kedua dan menampilkan rapu, atau perapian, yang melambangkan usus besar tubuh manusia. Rongu Uma digunakan sebagai tempat tinggal sehari-hari. Di langit-langit di atas perapian ada pani, kamar kecil pria, hadoku dan halibar, kamar tidur untuk pasangan suami istri, dan pana, kamar tidur kakek-nenek.
- Ada tempat rahasia di Daluku, yaitu loteng atau menara. Marapu mendiami bagian atas Daluku, yang disembunyikan sebagai pusaka keluarga. Hanya kepala keluarga, sang ayah, yang bisa masuk ke puncak uma daluku. Itu karena dia diyakini berhubungan dekat dengan Marapu. Di bagian bawah uma daluku, beras dan bahan makanan lainnya disimpan.