Go ExploreNTTWisata AlamWonderful

Indahnya Danau Waibelen Flores

Danau Waibelen

Danau Waibelen di Flores Timur adalah sebuah destinasi wisata alam yang masih tersembunyi, namun menyimpan kisah cinta yang terkenal di kalangan masyarakat setempat. Oleh karena itu, danau ini sering disebut sebagai Danau Asmara. Danau Waibelen berasal dari bahasa Lamaholot yang artinya sumber air besar, terdiri dari kata “wai” yang berarti air dan “belen” yang berarti sumber besar. Di sekitar danau, terdapat kebun milik warga yang dikelilingi oleh pepohonan hijau. Terletak di Desa Waibao, Tanjung Bunga, Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, akses menuju Danau Waibelen bisa ditempuh dengan menyewa mobil atau motor dari Larantuka. Jika membutuhkan jasa sewa mobil dan motor yang terpercaya, Gotravela dapat menjadi pilihan yang tepat.

Danau Waibelen di Flores Timur bisa dianggap sebagai tempat wisata yang masih tersembunyi, karena tidak sepopuler wisata Pulau Komodo. Meskipun demikian, Danau ini menyimpan keindahan alam yang luar biasa. Untuk menuju ke sana, perjalanan dari Kota Larantuka memakan waktu sekitar 1 jam atau sekitar 40 km. Danau Waibelen terbentuk akibat letusan Gunung Sodoberawao sekitar 400-500 tahun sebelum Masehi. Pada awalnya danau ini dikenal sebagai Danau Asmara, namun pada tahun 1970-an, masyarakat mulai menggunakan nama Danau Waibelen untuk menyebutnya.

  Pesona Danau Waibelen

Sejarah Kisahnya

Kisah asmara menjadi latar belakang terbentuknya Danau Asmara. Sepasang kekasih, Lio Kelen dan Nela Kelen, mencintai satu sama lain namun tidak mendapat restu dari kedua orang tua karena memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Lio Kelen dan Nela Kelen berasal dari desa yang sama, yakni Kampung Tengadei, Desa Waibao. Pada masa lalu, danau ini menjadi satu-satunya sumber mata air di desa tersebut. Penduduk setempat memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, mandi, dan mencuci pakaian. Lio dan Nela juga sering mengambil air di danau tersebut. Tapi mereka berdua tidak mendapat restu dari orang tua, sehingga mereka berdua memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka di Danau Waibelen. Saat ini, danau ini dikenal sebagai Danau Waibelen, namun memiliki julukan Danau Asmara karena kisah tragis cinta Lio dan Nela.

Sebelum melaksanakan rencananya, Lio dan Nela menuruni jalan yang menurun menuju danau. Setibanya di tepi danau, mereka beristirahat dan duduk di tepiannya. Kemudian, keduanya melompat dan terjun ke dalam danau. Setelah itu, ada sebuah surat yang ditemukan di Danau Waibelen Flores Timur yang berasal dari pasangan tersebut. Surat itu dijepit di antara ranting pohon di sekitar danau. Isinya berbunyi, “Jika ayah dan ibu ingin mencari emas, carilah di dalam danau.” Tiga hari kemudian, jasad pasangan itu ditemukan dalam kondisi utuh meski di danau tersebut terkenal karena buayanya yang ganas. Sejak kejadian itu, danau tersebut dikenal sebagai Danau Asmara.

Burung-Burung di Danau Waibelen

Syarat Untuk Berkunjung

 Ada beberapa persyaratan yang harus dipatuhi oleh wisatawan yang ingin berkunjung ke Danau Waibelen. Setiap pengunjung diwajibkan untuk dibasuh dengan air danau oleh juru kunci setempat sebelum melakukan wisata. Penduduk setempat percaya bahwa buaya yang ada di danau adalah jelmaan dari para leluhur. Selain itu, para pengunjung diminta untuk menjaga sopan santun dan tata krama dengan tidak mengucapkan kata-kata kasar atau sumpah serapah.

Keindahan Danau ini benar-benar memukau hati para pengunjung. Dengan suasana yang tenang, pengunjung dapat merasakan kenyamanan di tengah suasana alam yang begitu indah. Di balik rerimbunan pohon-pohon hutan, pengunjung dapat mendengar suara riuh burung liar. Salah satu jenis burung yang dapat ditemukan di Danau Waibelen adalah Titihan Australia.

Danau Waibelen

Rumah Pohon

Salah satu hal yang menarik dari Danau Waibelen adalah rumah pohon yang terletak di puncak pohon asam. Rumah pohon ini dibangun dari bale-bale bambu berukuran 2,5 x 1,5 meter dan memungkinkan pengunjung untuk menikmati pemandangan danau dan lembah di sekitarnya. Namun, untuk mencapai rumah pohon tersebut, pengunjung harus melewati tangga panjat selama sekitar 10 meter. Pembangunan rumah pohon ini dilakukan karena banyaknya wisatawan yang penasaran dengan pengalaman menikmati keindahan danau dari ketinggian.