Wajib Cobain ! Takjil Khas Yogyakarta
Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk menikmati berbagai hidangan dan jajanan khas daerah. Selama bulan puasa, banyak jenis makanan yang jarang atau bahkan tidak tersedia selama hari-hari biasa menjadi lebih mudah ditemukan. Bahkan ada beberapa jenis takjil yang hanya dibuat dan dijual khusus selama bulan suci Ramadan. Berikut ini adalah tiga takjil khas Yogyakarta yang wajib Anda coba selama bulan Ramadan.
Kipo
Di Kotagede terdapat sebuah jajanan pasar yang unik dan mungkin masih asing bagi sebagian orang, yaitu Kipo. Kipo yang terkenal adalah Kipo Bu Djito Kotagede, karena pada tahun 1946 Bu Djito pertama kali memperkenalkannya kepada masyarakat dan sekarang usaha tersebut diteruskan oleh anaknya. Makanan ini terbuat dari adonan tepung ketan yang dibentuk bulatan pipih serta diisi dengan enten-enten. Enten-enten sendiri terbuat dari parutan kelapa dicampur dengan gula jawa lalu dimasak. Cara memasak Kipo agak berbeda dengan cara umum pembuatan kue tradisional Jawa, yaitu dengan cara dipanggang.
Nama Kipo berasal dari pertanyaan yang sering dilontarkan oleh orang-orang pada masa lalu ketika melihat kue ini, yaitu “Iki opo” (apa ini). Pertanyaan tersebut kemudian menjadikan Kipo sebagai label kue yang unik dan diterima oleh masyarakat Jogja.
Kue ini dikatakan unik karena memiliki bentuk yang lonjong dan tekstur yang kenyal serta berwarna hijau kebiruan yang berisi enten-enten. Bahan utama yang digunakan adalah tepung beras yang dicampur dengan tepung ketan. Adonan kemudian dicampur dengan parutan kelapa, daun suji, pewarna hijau alami, dan daun pandan agar memiliki aroma yang khas. Adonan dicetak pada piring tanah liat dan dipanggang dengan menggunakan daun pisang sebagai alas. Setelah hampir matang, parutan kelapa dan gula jawa dicampurkan ke dalam adonan, kemudian dilipat menjadi dua dan dipanggang lagi sampai matang.
Jedah Manten
Dahulu, Sultan Hamengku Buwono VIII sangat menyukai panganan ini sebagai camilan favoritnya. Namun, seiring berjalannya waktu, tidak hanya kalangan keraton yang dapat menikmati makanan gurih ini, masyarakat umum di luar keraton pun dapat menikmatinya. Jadah Manten biasanya disajikan pada acara pernikahan dan dibawa oleh pihak pengantin laki-laki ketika bertemu dengan mempelai perempuan. Panganan ini diisi dengan daging ayam atau sapi dan dibakar atau dipanggang di atas api. Aroma yang keluar dari jadah ini sangat harum. Jadah Manten memiliki makna bahwa kedua mempelai yang menikah dapat awet dan selalu lengket, seperti sifat dan tekstur dari olahan jadah tersebut.
Jika ingin mencoba rasa Jadah Manten, tidak perlu menunggu ada acara pernikahan karena panganan tradisional ini bisa ditemukan di Pasar Kotagede. Di lapak pedagang yang menjual berbagai jajanan pasar. Jajanan khas ini pantas dijadikan takjil bagi yang belum mengenalinya. Makanan yang terbuat dari beras ketan ini mirip dengan lemper, tetapi disajikan dalam bentuk yang berbeda. Jadah Manten terdiri dari bahan-bahan seperti beras ketan, santan, dan daging ayam atau sapi sebagai isian. Setelah beras ketan dan santan dikukus hingga matang, isian daging ayam atau sapi yang telah dibumbui dimasukkan ke dalam adonan dan dibungkus dengan kulit dadar.
Kemudian adonan dilipat dan dijepit dengan tangkai bambu yang dihiasi dengan potongan kacang panjang atau buncis sebagai pengunci. Setelah itu jadah manten yang sudah dijepit dengan tangkai bambu dibakar diatas bara arang hingga mengeluarkan aroma yang khas. Makanan ini memiliki rasa yang gurih, dengan perpaduan santan dan isian daging di dalamnya. Jedah Manten sangat cocok sebagai hidangan pembuka (takjil) dan bisa ditemukan di Pasar Kotagede, terutama di lapak pedagang yang menjual aneka jajanan pasar.
Kicak
Kicak merupakan salah satu takjil legendaris yang hanya dijual pada bulan Ramadan. Rasa Kicak sangat khas dan mencerminkan selera masyarakat Yogyakarta. Kicak terasa lembut dan manis di lidah. Kicak dibuat dari beras ketan atau jadah yang dicampur dengan gula pasir. Kemudian ditambah taburan kelapa parut yang sedikit asin. Taburan kelapa tersebut yang membuat kipo memiliki rasa yang semakin gurih. Masyarakat mengenalnya sebagai takjil khas sebuah kampung legendaris yang terletak di Jalan Ahmad Dahlan yang bernama Kauman.
Kudapan ini dari Kampung Kauman yang terbuat dari nasi ketan yang ditumbuk halus menjadi jadah. Kemudian jadah tersebut ditambahkan dengan gula, pandan, parutan kelapa, serta irisan buah nangka. Rasa gurih dari jadah dipadukan dengan kerenyahan parutan kelapa dan rasa manis dari gula. Tak lupa potongan nangka dan daun pandan yang memberikan aroma menggoda pada Kicak sehingga cocok menjadi menu pembuka saat berbuka puasa.
Mbah Wono dari Kampung Kauman adalah pencipta Kicak pada tahun 1950. Pada usia 18 tahun, ia mencoba membuat Kicak secara spontan dan ternyata banyak yang menyukainya. Karena begitu populer, tradisi membuat Kicak di bulan puasa ini turun-temurun dan diwariskan pada anak-anaknya hingga saat ini. Awalnya, Kicak dibungkus dengan daun kelapa, tetapi seiring dengan perkembangan zaman, Kicak saat ini lebih sering dijual dalam bungkusan mika karena lebih praktis. Di bulan Ramadan, Kicak menjadi takjil khas Yogyakarta yang diminati oleh banyak masyarakat.