Benteng Oranje , Saksi Bisu Sejarah Maluku Utara
Benteng Oranje berdiri kokoh sebagai penghormatan kepada tempat lahirnya rempah-rempah dan menjadi saksi sejarah Maluku Utara. Wilayah Indonesia ini telah lama dikaitkan dengan kedatangan orang Barat, khususnya di pulau Ternate dan Tidore, yang terkenal dengan produksi rempah-rempah yang melimpah, termasuk cengkeh yang melimpah.
Kekayaan alam Ternate dan Tidore membuat mereka sangat diminati oleh orang asing yang mencari rempah-rempah, komoditas yang berharga di masa itu. Awalnya, pembeli Barat, termasuk orang Portugis dan Spanyol, berkumpul di sana untuk tujuan perdagangan. Namun, didorong oleh gerakan 3G (gold, glory, gospel), orang asing ini segera mendominasi wilayah Ternate.
Sejarah Benteng Oranje Yang Menarik
Portugis, Spanyol, dan VOC memiliki tujuan yang sama untuk membangun dominasi mereka di wilayah Ternate, yang merupakan wilayah yang diperebutkan dengan sengit di antara negara-negara Barat. Untuk mencapai hal ini, mereka membangun banyak benteng, termasuk Fort Oranje, yang didirikan pada tanggal 26 Mei 1607 oleh Cornelis Matelief de Jonge dari VOC. Benteng Malayo tidak memiliki peluang melawan Spanyol, meninggalkan Kesultanan Ternate membutuhkan benteng pengganti. Benteng baru didirikan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada VOC atas bantuan mereka dalam mengusir Spanyol.
Signifikansi historisnya terletak pada perannya sebagai simbol penghargaan Sultan atas kerja sama VOC. Atas permintaan VOC, Sultan Ternate memberikan izin untuk membangun benteng baru di atas benteng yang rusak, milik kesultanan. Selanjutnya, laksamana VOC diberikan hak monopoli atas perdagangan rempah-rempah di Ternate, setelah kepergian Spanyol dari wilayah tersebut. Benteng Oranje di pulau Ternate pernah menjadi pusat aktivitas yang ramai sejak empat ratus tahun lalu. Sebagai markas besar VOC Hindia Belanda, pulau ini berfungsi sebagai pusat perdagangan pulau tersebut. Dewan Hindia Belanda bahkan bersidang di sana sebelum pindah ke Batavia.
Benteng berwarna jingga yang semarak yang terletak di jantung kota ini telah mengalami banyak perubahan, berkat beberapa upaya pemugaran oleh pemerintah setempat. Meski begitu, konstruksi aslinya sangat kuat, yang merupakan ciri khas arsitektur Belanda. Dinding bangunan bersejarah berusia berabad-abad ini dibuat dari berbagai bahan, termasuk batu sungai, batu bata, koral, dan bahkan pecahan kaca.
Komponen bangunan yang tidak konvensional ini menjelaskan ketahanan struktur yang mengesankan, yang telah bertahan dengan sangat baik dari waktu ke waktu. Di berbagai titik di sepanjang tembok, pengunjung dapat melihat sekilas meriam asli yang pernah digunakan Belanda untuk menangkis pasukan musuh seperti Spanyol dan Portugis.
Alamat , Harga Tiket dan Jam Operasional Benteng Oranje
Terletak di jantung Gamalama, Ternate Tengah adalah Benteng Oranje yang terletak di Jalan Hasan Boesoeri. Benteng ini memiliki lokasi yang strategis, hanya berjarak 5 kilometer dari Bandara Sultan Babullah dan 1,5 kilometer dari Ternate Landmark, menjadikannya destinasi yang nyaman dan mudah diakses oleh para wisatawan. Sesuai data yang tersedia, jam operasional situs dibatasi pada hari kerja. Tempat buka tepat pukul 07:45 dan tutup pukul 16:30, dari Senin hingga Kamis. Pada hari Jumat, jam buka tetap tidak berubah tetapi area tutup lebih awal pada pukul 11:00. Tarif masuk untuk memasuki kawasan benteng ini terbilang murah, dengan setiap orang hanya dikenakan Rp. 10.000.