Kehangatan Rasa Keluarga Khas Yogya di Kampung Wisata Sosromenduran
Sobat Pesona pasti setuju kalau salah satu daya tarik utama Yogyakarta yang selalu membuat kita rindu adalah kehangatan masyarakatnya. Hebatnya, bukan hanya pelaku pariwisata saja yang ramah menyambut wisatawan. Berada di Kota Gudeg ini, akan kita rasakan pelayanan prima datang dari setiap orang.
Begitu pula ketika menelusuri Kampung Wisata Sosromenduran, yang menjadi rumah maupun tempat singgah warga dari berbagai budaya. Kekeluargaan terasa kental di “kampung turis” mancanegara di Sosrowijayan, hingga wilayah Pajeksan yang penduduknya terdiri atas beragam suku bangsa, termasuk etnis Cina.
Mengunjungi Kampung Wisata Sosromenduran sangat mudah karena letaknya yang strategis, di samping Malioboro berdekatan dengan Stasiun Tugu, sehingga pilihan akomodasi dan fasilitas pariwisatanya pun lengkap tersedia. Lalu, apa saja ya, keseruan di kampung wisata ini?
Bertemu Pengrajin Barongsai di Kampung Pajeksan yang Multi Budaya
Keramahan masyarakat pula yang berhasil mempertemukan kami dengan Keluarga Pak Pong, pengrajin Barongsai di kawasan Pajeksan, Kampung Wisata Sosromenduran. Dari titik yang ditunjukkan peta digital, rupanya kita masih harus berjalan kaki masuk ke perkampungan.
Di kampung tersebut menetap Pak Pong, alias Slamet Hadiprayitno, seorang pengrajin Barongsai berusia 73 tahun. Adalah Mazda, cucunya, yang akhirnya meneruskan keahlian tersebut secara otodidak. Bila Pak Pong menggunakan teknik cetakan dari kardus, Mazda justru menggunakan kerangka dari rotan sehingga bisa membuat Barongsai berukuran besar yang biasa digunakan untuk pertunjukan.
Sebelum bisa merakit sendiri, untuk keperluan pentas mereka harus membeli Barongsai seharga jutaan rupiah dari Semarang. Namun berkat keuletan Mazda, kini grup Barongsai Singa Mataram tidak hanya bisa membuat Barongsai sendiri, bahkan dapat melayani pesanan dari dalam dan luar Pulau Jawa. Mereka juga telah memanfaatkan media sosial untuk promosi, melalui akun Instagram @singa_mataram_jogja.
Meski turun-temurun menekuni kesenian Barongsai, keluarga Pak Pong sama sekali tidak memiliki garis keturunan Cina. Kecintaan keluarga ini akan Barongsai adalah wujud pembauran budaya yang sesungguhnya.
Becakan Sepanjang Kampung Turis Sosrowijayan Hingga Slasar Malioboro
Ingin lebih melebur dengan nuansa dan romansa lokal? Berkeliling naik becak bisa menjadi pilihan kegiatan menyenangkan. Sambil menikmati suasana, kita juga bisa mengobrol dengan Pak Becak yang selalu ramah. Beberapa becak motor bahkan sudah melengkapi diri dengan pengeras suara, sehingga penumpang bisa dimanjakan musik-musik favorit sepanjang perjalanan.
Lalu saat ingin rehat sejenak atau mengisi perut, kita bisa minta Pak Becak mampir ke Slasar Malioboro yang memiliki koleksi kuliner lengkap dengan sudut-sudut nyaman untuk nongkrong atau foto-foto. Ikon wisata baru ini berada di Jalan Pasar Kembang, menghubungkan Stasiun Tugu dengan Malioboro. Di tempat ini, sekadar duduk santai atau menikmati jajanan yang ada, kembali kita akan merasakan suasana kekeluargaan khas Yogyakarta.
Jalur pejalan kaki di Slasar Malioboro juga ramah bagi penyandang disabilitas tuna netra, karena terbuka luas dan dilengkapi garis kuning pemandu jalan.
Kalian yang suka ngopi, pastikan mampir ke deretan angkringan Kopi Joss di Slasar Malioboro yang menyajikan makanan dan minuman khas angkringan, seperti gorengan dan aneka sate, ya.
Kopi Joss populer sebagai sajian umum angkringan Yogyakarta, berupa racikan kopi yang dimasuki potongan arang panas sehingga menimbulkan bunyi jooss ketika arang menyentuh cairan kopi dalam gelas. Dibanderol mulai dari harga Rp 5.000 Kopi Joss mantap dinikmati baik saat siang panas, sore yang santai, maupun sebagai kawan malam-malam yang panjang.
Jangan pernah takut mati gaya atau kesepian saat mampir ke angkringan. Bapak Ibu penjualnya tidak hanya menyajikan makanan dan minuman, mereka juga selalu siap dengan percakapan ramah yang membuat kita betah.
Perlu diingat Sobat Pesona, bahwa kawasan Malioboro, termasuk yang menjadi bagian dari Kampung Wisata Sosromenduran, tidak dapat dimasuki mobil pada jam-jam tertentu. Sobat Pesona bisa memarkir mobil di parkiran sebelah Malioboro Mall (bisa sampai malam) atau di parkiran Abubakar Ali (hanya pagi-siang), kemudian melanjutkan petualangan dengan berjalan kaki atau naik becak.